Halo, ibu mudaaa. Bagaimana kabarnya?
Sedang mempersiapkan diri menuju hari melahirkan ya? Atau, baru saja melahirkan? Selamat yah, bun!
Waktu masih menjadi ibu baru yang benar-benar baru kemarin (tahun lalu), saya juga sama seperti kamu kok. Rajin
searching, mengenai bagaimana dan apa saja
starter pack menjadi ibu
beginner yang baik. Memberikan ASI eksklusif adalah satu diantara usaha kita sebagai ibu baru untuk bisa menjadi ibu baru yang baik. Eits, bukan artinya ibu yang tidak mampu memberikan ASI eksklusif itu bukan ibu yang baik loh ya, catat. Namun menurut saya, selama takdir belum menghampiri, selama masih dapat diupayakan, sebagai ibu muda, melakukan hal-hal yang mendukung kelancaran proses produksi ASI adalah hal yang cukup penting untuk selalu dipelajari dan diingat. Nah, pada tulisan kali ini saya akan menceritakan pengalaman menjadi ibu baru pejuang ASI eksklusif.
Keep scrolling, dear.Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa selama menjadi calon ibu baru saya berusaha membaca, mendengar, dan memperhatikan sebanyak mungkin edukasi yang berkaitan dengan menjadi ibu beginner yang baik. Saya yakin setiap individu memiliki kriterianya masing-masing tentang seperti apa gambaran menjadi ibu baru yang baik. Sebelum ke pembahasan lebih jauh, saya ingin mengenalkan diri kepada kamu bagaimana kriteria ibu baru yang baik menurut pandangan saya yang saya tujukan untuk diri saya. Sekali lagi, ini hanya menurut saya dan untuk saya. Akan berbeda jawaban saya yang apabila pertanyaannya adalah pandangan saya untuk diri orang lain.
Menjadi ibu baru yang baik menurut saya adalah ibu yang meneduhkan, ibu yang mendidik tanpa mengancam, ibu yang mendengarkan cerita anaknya bak seorang teman, dan ibu yang memberikan kenyamanan dan kesempatan dalam setiap langkah yang akan dilalui si anak. Kamu mungkin akan setuju, bahwa untuk pertama kalinya menjadi ibu baru yang baik adalah mampu memberikan kenyamanan dan kesempatan kepada anak untuk memperoleh haknya berupa nutrisi cukup yang dibutuhkan ia untuk tumbuh kembangnya, yang mana dalam konteks ini adalah menjadi fasilitator air susu yang diberikan oleh Tuhan melalui kita para ibu, we named it air susu ibu (ASI). Kenapa saya bilang fasilitator? Karena bukan kita ibu baru yang memproduksi, namun tubuh kita yang memproduksi dan itu datangnya dari Tuhan.
Berbekal bahan hasil riset beberapa literatur, hasil pengamatan dalam mengamati kisah orang-orang yang didokumentasikan dalam media sosial, termasuk "dawuh" dari para orang tua, keluarga, sanak, saudara, sahabat, hingga rekan, membuat saya merasa mantap akan melangkah ke satu langkah lebih maju menuju perubahan. "Bismillah, saya memang belum cukup pengetahuan. Namun dengan pengetahuan tersebut, keyakinan, dan kemampuan membuka hati dan pikiran untuk terus belajar, saya pasti bisa melewatinya. Iya, termasuk menjadi ibu baru."
Sama halnya dengan ibu-ibu lain, drama kehamilan juga sempat menghiasi masa-masa kehamilan. Pernah ada dalam situasi masih menjadi pejuang wisuda pascasarjana pada 7 bulan pertama kehamilan, membuat drama pra-melahirkan saya cukup menguras perasaan. Karena jika saya menceritakan secara rinci, nanti kamu akan mengantuk, hehe. Kita langsung saja ke cerita pasca melahirkan.
Saya melahirkan melalui teknik operasi caesar di salah satu Rumah Sakit Islam di kota saya tinggal. Singkat cerita, saya keluar dari ruang operasi pukul 16.00 WIB. Begitu keluar ruangan, perasaan bahagia membuat air mata tidak mampu untuk terus dibendung. Bersama dengan kehadiran bayi kecil yang sedang berada di gendongan ini, tempat tidur saya di dorong oleh petugas rumah sakit untuk dipindahkan ke ruang pasien. Di perjalanan, saya melihat banyak sekali wajah-wajah yang tidak asing. Ada suami, abi dan ummi, ayah dan ibu mertua, pakde, bude, dan beberapa sanak saudara. Waktu itu belum ada covid19.
Saya teringat akan pengalaman saya semasa sekolah, yakni sebaik-baiknya kamu memanfaatkan waktu dan energimu untuk belajar, selalu ada 1 diantara 10 soal yang kamu tidak akan menduga jawabannya. Ternyata, menjadi ibu baru bisa lebih dari 1 diantara 10. Mungkin 9 diantara 10 juga bisa, hehe. Itu terjadi di hari pertama kala itu, menjadi ibu baru.
Ujian pertama yang saya dapatkan setelah menjadi ibu baru adalah fase menyusui untuk yang pertama kalinya. Kala itu, ASI (air susu ibu) tidak keluar. Apa yang salah? Saya merasa sudah makan dan minum makanan yang bergizi sesuai dengan literasi yang saya baca. Saya juga sudah rutin melakukan pijat puting untuk membantu mengubah bentuk puting agar connectable dengan mulut si bayi nanti. Apa yang salah? Apa yang kurang?
Ternyata, ASI perlu distimulus secara oral agar bisa keluar dan menjadi lancar, yakni dengan mengkonsumsi daun katuk. Beberapa waktu setelahnya saya mulai merasa payudara mejadi lebih bervolume dan nyeri yang ternyata adalah sebuah pertanda bahwa produksi ASI sudah mulai berlangsung. I'm so happy, tapi tunggu dulu...
Bayi mungil saya masih menangis. Saya belum mahir menjadi fasilitator ASI yang hebat untuk bayi saya. Waktu berlalu dan membutuhkan waktu 1 minggu untuk bisa memberikan ASI kepada bayi tanpa drama. Selama rentang waktu itu, saya belajar melalui praktik langsung bahwa menyusui tidak bisa hanya dipelajari melalui artikel ilmiah, modul ibu hamil dan menyusui, atau masukan dari dokter kandungan yang diberikan selama konsultasi. Hal lain yang memiliki nilai yang sama pentingnya, yaitu hati seorang ibu. Hati untuk yakin mampu menyusui, hati yang tenang dan ikhlas untuk menyusui bahkan meski ketika sakit bekas luka caesar masih sangat terasa, meski rasa lelah dan shock yang begitu hebat masih terasa.
Fase peralihan dari seseorang dengan status ibu hamil menjadi ibu baru semakin tidak mudah ketika menerima berbagai macam opini dari orang-orang sekitar yang kadangkala tidak selalu menambah semangat, namun bisa juga memberikan pengaruh negatif dan beban psikologis untuk saya sebagai ibu baru. Ucapan-ucapan, seperti: "Duh, kok ASInya nggak keluar sih, putingnya kecil ya? Eh, belum bisa menyusui ya? Anak saya dulu begitu bayinya lahir bisa langsung menyusui loh." Hingga kejadian yang membuat saya merasa tidak pantas menyandang gelar ibu baru datang ketika ada satu waktu dimana para ibu-ibu berkerumun disekeliling saya dan berlagak sambil sibuk menunjukkan keahliannya dalam menyusui, sampai melakukan kontak fisik dengan payudara saya dan bayi saya.
Mmm, saya sebetulnya tidak ingin mencari musuh. Namun ketika saya menulis ini, entah kenapa bagian kisah yang baru saja saya ceritakan seperti, saya ingin bagikan ke kamu dengan harapan, semoga cerita saya bisa menjadi pelajaran dan pengetahuan baru untuk kita semua. Namun dibalik semua komentar orang-orang ini membuat saya menjadi lebih bersyukur, bahwa keberadaan orang-orang terdekat yang memberikan dukungan yaitu suami, keluarga dekat, dan teman dekat membuat saya mampu melawan perasaan negatif yang muncul akibat ucapan tidak menyenangkan pihak-pihak lain tersebut, sehingga tubuh saya tidak terpengaruh dan tidak memberikan respon negatif, ditandai dengan ASI saya bisa lancar. Mengetahui takdir bahwa orang-orang disekeliling saya cukup "melek" tentang bidang keilmuan kesehatan dan sains membuat saya semakin bersyukur lagi karena kami mudah fokus untuk mencari jalan bagaimana memberikan segalanya yang terbaik untuk bayi saya, alih-alih mengumpat kepada mereka-mereka itu.
Setelah mulai bisa menjadi ibu baru yang mampu memfasilitasi anak dengan ASI yang cukup, saya terus berusaha untuk mempertahankan produksi ASI agar dapat diproduksi sebanyak dan secukup mungkin sebagai nutrisi untuk bayi. Mulai dari memakan makanan yang bergizi hingga meminum multivitamin yang dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Kini bayi saya telah berusia 13 bulan dan alhamdulillah hingga sekarang saya masih bisa memberikan ASI eksklusif untuknya.
Setiap hari saya berusaha mengkonsumsi makanan bergizi seimbang. Junk food masih sering masuk ke dalam daftar menu harian saya, namun acuan utamanya, per hari saya harus memakan makanan yang cukup dan bergizi seimbang supaya mampu memproduksi ASI bernutrisi. Contoh sederhana menu makanan saya adalah menu makan nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah. Beberapa waktu saya mengkonsumsi susu almond atau susu kedelai untuk memperbanyak volume ASI dan mengkonsumsi daun katuk dan daun kelor dalam bentuk makanan sayur bening dan atau dalam bentuk jus. Yang tidak kalah pentingnya adalah mengkonsumsi multivitamin. Satu diantara multivitamin yang menjadi favorit saya adalah Blackmores Pregnancy and Breast-Feeding Gold (PBFG). Jujur saja, saya sudah cukup familiar mendengar dan mengetahui produk ini. Pada awal kehamilan saya juga sempat berencana akan langsung mengkonsumsi. Namun karena satu dan lain hal, baru diberi kesempatan oleh Allah belakangan mengkonsumsi. Padahal sebenarnya, jika mengkonsumi sejak pertama kehamilan pastinya akan lebih baik lagi.
Blackmores PBFG merupakan produk unggulan Kalbe Blackmores Nutrition yang ditujukan kepada ibu hamil dan menyusui. Melalui Blackmores PBFG diharapkan para ibu hamil mampu mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi serta kesehatan ibu. Adapun untuk ibu menyusui, dengan mengkonsumsi Blackmores PBFG ini diharapkan mampu memberikan ASI bernutrisi untuk ibu dan bayi yang istimewa. Terdapat 17 kandungan nutrisi esensial di dalam Blackmores PBFG. Beberapa diantaranya adalah:
- Asam folat dan zat besi, membantu menjaga ibu dari resiko anemia.
- Kalsium, dibutuhkan untuk pertumbuhan tulangdan gigi buah hati, serta mencegah terjadinya osteoporosis pada ibu.
- Omega 3 / DHA yang tidak berbau, sehingga tidak menyebabkan mual saat dikonsumsi. Kandungan ini berperan menunjang pertumbuhan otak dan mata buah hati, serta mengubah vitamin, mineral, dan lemak menjadi komponen yang lebih kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan si buah hati.
Beberapa kandungan nutrisi di atas apabila dikonsumsi sesuai dosis akan mampu meningkatkan produksi ASI bernutrisi, ASI berkualitas, dan tentunya lancar menyusui akan dirasakan oleh ibu. Tapi, dari semua yang saya tulis tadi. Satu hal yang harus selalu dilakukan untuk menjaga produksi ASI agar senantiasa deras dan berkualitas tinggi adalah, ibu baru tidak diizinkan untuk stress dan banyak pikiran. Rileks dan bahagia adalah kunci. Jadi seperti yang tadi saya bilang, dukungan orang-orang terdekat memang sangat berpengaruh untuk kita para ibu baru.
Sampai disini, adakah yang sudah pernah mengkonsumsi Blackmores PBFG? Atau, sedang membaca tulisan saya karena ingin mencari tahu pengalaman saya mengkonsuminya? Kabar baiknya, dalam upaya memperingati World Breastfeeding Week pada Agustus lalu, Kalbe Blackmores Nutrition melalui kerjasama Blackmores dengan Bumi Sehat Foundation, bersama mengedukasi dan meningkatkan awareness kepada calon ibu di seluruh dunia tentang pentingnya ASI bernutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Sebagaimana informasi umum yang telah kita tahu bahwa antibodi terbaik seorang manusia diperoleh dari ASI.
Sebagai ibu baru yang tidak baru-baru amat, saya merekomendasikan Blackmores PBFG untuk dikonsumsi untuk menyusui dan dipersiapkan sejak awal masa kehamilan. Apabila teman-teman ibu baru merasa ingin tahu lebih dalam tentang Blackmores PBFG dan atau edukasi seputar ilmu menjadi ibu baru, teman-teman bisa mengunjungi:
www.blackmores.co.id/mom-and-baby/ atau Instagram: @blackmoresid.
Belanja Blackmores PBFG dapat dilakukan melalui e-commerce di Tokopedia, Blibli, Lazada, dan Shopee yang bertuliskan Official Store.
Sekian dulu untuk cerita saya tentang pengalaman menyusui. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa!