❌ BUKAN TESTIMONI OBAT PELANGSING ❌
Bagian 1. Sejarah Naiknya Berat Badan Aku
Beberapa teman masa kecil aku yang bertemu diriku yang sekarang, mereka suka kaget ngelihat fisik aku. Nadia kecil dikenal orang dengan fisik yang cungkring, istilah anak tongkrongan yang biasa digunakan untuk menyebut seseorang dengan fisik yang lebih kurus dari kata kurus itu sendiri. Sementara Nadia yang tahun lalu, hidup dalam badan dengan kondisi berat badan terberat seumur hidupnya.
Poinnya sih aku males dan tidak aware dengan menjaga badan aku. Tapi aku rasa aku harus menceritakan hal-hal yang berkontribusi dalam "malasnya" aku, karena self-blamming doang juga nggak baik. Bukan ingin manipulatif atau menumpahkan kesalahan kepada orang lain padahal kesalahannya ada di aku. BUKAN BEGITU. Tidak menjaga badan kita yang merupakan pemberian dan ciptaan Allah memang sudah mutlak kesalahan diri kita sendiri. Tapi juga kita perlu paham bahwa banyak faktor yang mempengaruhi dan yang terakumulasi, sehingga akhirnya memunculkan tindakan akhir kita.
Harapannya ketika kita paham apa saja faktornya, kita bisa belajar dari sana untuk bisa memilah mana yang harus dibuang/dilepaskan/diikhlaskan, serta keputusan apa yang sebaiknya dipilih untuk masa depan.
Semua berawal dari pertama kalinya aku mengalami menstruasi. Hari dimana untuk pertama kalinya organ reproduksi aku mulai bekerja aktif dan mempengaruhi keseluruhan hormonal dalam tubuh aku. Aku tidak tahu pasti apakah karena sensitivitas kenaikan berat badanku dipengaruhi oleh kerja hormon atau apakah karena nafsu makan aku jadi bertambah dibanding sebelum menstruasi, yang menyebabkan berat badan (BB) aku mulai naik? Yang pasti, aku mulai gendutan tidak lama setelah mengalami menstruasi pertama.
Nadia kecil lumayan tomboy. Suka main sepak bola, suka manjat pohon, suka panas-panasan & lari-larian di sawah / lapangan. Setelah menjadi ABG, perintah untuk menutup aurat, menjaga sikap dan perilaku semakin diperketat. Aku mulai belajar menjadi lebih kalem dan tidak terlalu bar-bar. Tapi masih sulit banget waktu itu dengan pergolakan batin. Dibanding memakai gamis atau rok, aku lebih suka diriku memakai kaos dan jeans yang kemudian aku lengkapi dengan jaket dan hijab untuk sehari-hari. Masih pemula dalam pendekatan diri kepada reliji.
Pada tahun-tahun itu, tinggal di daerah pada masa ABG baru, ternyata jadi sasaran empuk untuk ngabers jamet melakukan catcalling. Itu sungguh menurunkan tingkat kepercayaan diriku. Andai aku yang dulu bermental seperti diriku hari ini, mungkin perlakuan mereka akan aku libas habis dengan berdebat. Namun aku yang ABG baru itu, ternyata menjadi pemalu, takut untuk menjadi diri sendiri, dan belum punya power yang sangat besar untuk melindungi diri sendiri. Akhirnya aku yang dulu suka main sepak bola, sempat suka basket juga, suka panjat pohon dan lari pagi di kawasan sawah bareng ayah dan adikku, menjadi tidak tertarik lagi dan menarik diri dari society. Aku lebih suka di rumah sepulang sekolah, nonton TV dan makan camilan. End-up, badan aku jadi menggendut dan secara langsung atau tidak, kepribadianku juga ikut berubah, aku menjadi introver.
Bagian 2. Perjalanan Diet Aku
Bertambahnya BB aku dan seringnya dapat verbal bullying perkara fisik aku, membuat aku pengen banget diet. Sejak SMP hingga kuliah kemarin, setidaknya ada 6 kali aku melakukan program diet dengan cara yang berbeda-beda, yang betul-betul diagendakam supaya bisa konsisten. Selama diet, selalu ada progress baik, BB aku selalu turun banyak, beberapa kali juga menyentuh angka ideal. Tapi kemudian ada hari dimana BB aku selalu balik lagi atau bahkan jadi lebih berat dibanding sebelumnya. Kenapa gitu? Nanti aku cerita di satu paragraf selanjutnya setelah paragraf di bawah ini ya.
Timeline Program Diet Yang Pernah Aku Jalani (angka = usia)
14: Konsumsi Pil Pelangsing (padahal harusnya belum boleh untuk usiaku)
16: Konsumsi Teh Jati setiap malam
18: Konsumsi Nutri Shake
20: Konsumsi Makanan Rebus (Mostly)
(Di usia 14, 16, 18, 20 tersebut aku sambil olahraga dan menekan nafsu makan banget, maksa diri untuk cut sebanyak-banyaknya makanan. Pokoknya lapar tuh harus bisa musuh jadi teman).
23: Konsumsi no-carbohydrate (tanpa olahraga, memanfaatkan fase ketosis untuk membakar lemak tubuh aku)
Sekarang aku akan ceritakan kenapa BB aku balik lagi atau bahkan bisa naik lebih tinggi dari BB sebelum diet? Setelah aku pelajari, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi faktor dan mempengaruhi semua itu terjadi. Aku belum memahami mindset diet. Mindset diet baru aku pahami setelah membaca buku I HATE DIET by Yulia Baltschun. Ketika BB aku udah ideal, aku merasa puas diri, merasa goalku sudah tercapai kemudian aku stop untuk diet lagi. Padahal kan harusnya nggak gitu ya konsepnya. Kemauan ada, tapi mindsetnya belum terbentuk pada waktu itu, mindset bahwa diet ini dilakukan untuk kesehatan dan harusnya dilakukan seumur hidup. Tapi aku berhenti di goals angka BB ideal. Jadi pas udah nggak diet, ya naik lagi BBnya.
(Belinya cuma disini ya)
Gimana tentang BB yang naik lebih tinggi dari BB awal sebelum diet? Lagi-lagi di mindset diet. Dulu aku menghindari makan-makanan yang enak. I told you aku makan makanan yang direbus most of the time. Ketika aku udah nggak diet, aku jadi craving, bahasa sederhananya, balas dendam. Aku makan apa aja yang selama diet aku nggak pernah makan, end-up yang namanya craving itu kalau nggak bisa mengontrol, nggak akan berhenti sebelum bener-bener puas pake banget. Ini kejadian terparahnya waktu aku diet no-carbo. Setelah mencapai BB yang aku mau, aku makan apa aja yang banyak karbohidratnya, sampai BB aku mencapai titik tertinggi tepatnya tahun lalu.
Menurut aku, diet itu kan tentang personal ya dan cocok-cocokan. Cocok disini bukan yang paling fit buat badan kita, tapi kebetulan mental kita di masa tertentu sedang cocok untuk menjalani jenis diet tertentu. Karena mentalku hari ini beda dengan mental aku jaman dulu, tentu mental aku yang dulu, yang pengen turun BB cepet tanpa olahraga, memilih untuk menjalani diet no-carb. Tapi kan ternyata aku gagal di maintanance. Aku nggak bisa istiqomah untuk makan menu makanan tanpa karbohidrat yang enak-enak itu, sama juga dengan aku nggak bisa makan rebus doang tiap hari.
Bagian 3. Alasan Aku Memilih Defisit Kalori untuk Diet Journey Aku di Tahun 2022
Setelah punya anak, aku merasa punya harapan baru yang sebelumnya sebenernya udah pernah ada tapi nggak sekuat hari ini. Aku ingin umur panjang dan hidup dalam tubuh yang sehat dan bugar agar bisa menyediakan kehidupan yang layak dan membersamai kehidupan anak aku sampai dia dewasa dan sampai aku tua nanti. Akhirnya aku memutuskan untuk diet yang kira-kira akan bisa aku jalani seumur hidup. Karena untuk seumur hidup, jadi dietnya harus yang nyaman, yang tidak menyakiti badan lagi, yang lebih ramah untuk mentalku. Aku mencari informasi, aku belajar lagi banyak hal tentang diet, sampai akhirnya aku pahami dulu MINDSET DIET. Setelah paham, baru aku bisa mulai dietnya.
Bisa dibilang, untuk memahami MINDSET DIET, aku membutuhkan waktu setengah tahun sendiri untuk benar-benar memahaminya. Aku sebut itu PRE-DIET (PREPARATION) dan dimulai sejak pertengahan tahun lalu. Baru di februari 2022 akhir kemarin, aku memulai dietnya secara konsisten. Aku menggunakan metode defisit kalori karena melalui cara itu aku masih tetap bisa makan menu makanan apa aja yang aku mau, nggak ada pantangan untuk nggak boleh makan makanan tertentu. Jadi pengaturannya ada di makan dengan total kalori di bawah kebutuhan kalori harian.
Aku rasa cukup dulu untuk NADIA DIET JOURNEY PART 1 ini yah. Kita lanjut ngobrol di kolom komentar. Sampai jumpa di PART 2. Makasih udah baca, see you!
Let's spread knowledge with love 💖
Nadia (Instagram @nadiahasyir)